Rabu, 09 November 2016

FanFiction : Change [Chapter 1]

Cast : Im Nayeon TWICE , Kim Hanbin IKON, Song Yunhyeong (yoyo) IKON
Genre : Family, Romance, Friendship
Rating : 17+
Leght : Chapter

---------------------------

- Im Nayeon POV -

Matahari masih sama terbit dari sebelah timur tanda dunia belum kiamat.

Namaku Im Nayeon, Sebut saja Nayeon. Tujuan hidupku hanya satu, pergi dari kehidupanku sekarang dan memulai kehidupan baru.

Aku memasukan semua barang-barangku ke-tas seledang kusamku, Tapi Aku tak peduli, Aku tidak tertarik akan fashion, Prinsipku adalah yang penting masih bisa dipakai.

Aku melihat sekitar kamarku, Berantakan. Aku menghela napas, dan segera pergi mengabaikan hancurnya kamarku. Aku tidak ingat kapan terakhir Aku kembali rajin membersihkan kamar.

Aku keluar kamar dan pergi menuju dapur. Seperti biasa Meja makan kosong terlihat disana hanya ada gelas kosong yang tertepel kertas. Pesan dari Im Yoona, Kakakku.

"Hari ini Aku lembur lagi."

Aku mengambil pesan itu dan membacanya, lalu membuang di tempat sampah dekat kulkas.

kulkas ku buka dan seperti biasa kosong, hanya ada roti yang tinggal satu itupun hanya sepotong.

"Terimakasih Yoona Eonni, Kau masih menyisahkannya untukku.."

Aku berteriak, walaupun Aku tau Yoona Eonni tak mendengarnya karna dia sudah pergi.

Ya! Semalam sudah ku lihat Rotinya memang tinggal satu dan Aku bersyukur walaupun cuman setengah, setidaknya dengan sepotong roti ini Aku sudah sarapan.

***

Aku menunggu Bus di Halte. Sesekali Aku lirik jam tanganku, masih jam 7. Tapi kemudian Aku menyadari, Jam tanganku rusak.

Aku menghela napas, karna baru ingat jam tanganku sudah rusak dari seminggu yang lalu. Tapi jam ini takkan pernah ku buang, Ini pemberian dari Ibuku. Akan selalu kupakai walaupun rusak.

Aku mengeluarkan ponsel dari saku celana Jeansku, celana kusam yang 3 minggu sekali ku cuci. Tapi jangan khawatir tidak bau, Karna Aku sudah menyeprotkan minyak wangi di celana jeansku.

Jam Sudah menunjukan pukul 9. Tempat kerjaku buka jam 10. Aku melirik memastikan Bus sudah datang atau tidak, belum juga ada tanda-tanda akan datang.

Hanya Aku yang menunggu Bus di halte ini tidak ada orang yang bisa ku ajak mengobrol. Tapi lebih baik begitu, Karna Akupun tidak suka berbicara dengan orang asing. Ya! Karna masalalu itu.

Bus datang. Aku masuk dan duduk. Memandang kearah luar dari jendela Bus yang terbuka sedikit. Angin pelan-pelan menerbangkan rambutku pirangku.

Ku lihat di jendela Sekelompok gadis remaja berseragam sekolah berjalan bersama sambil tertawa. Aku tersenyum tipis memandang mereka.

***

Aku bekerja sebagai pengantar Pizza yang tidak terlalu terkenal dengan gaji yang pas-pas.

Aku bersemangat mulai mengantar Pizza pertama ketempat tujuan. Angin siang hari yang begitu kencang menerbangkan rambutku.

Aku tersenyum tipis, menguatkan hati yang sudah lama menderita dalam kehidupan yang harus ku lalui ini.

Aku dan Eonniku, Yoona. Setiap hari dari Pagi hingga malam terus bekerja dan bekerja.

Aku memberhentikan motor karna lampu merah. Sekelompok anak kuliah seusiaku melewati zebracross.

Aku memandangi mereka. 3 gadis 2 laki-laki. Aku menghela napas dan mataku mulai berkaca-kaca Aku membuang pandanganku ke langit biru agar air mataku tak turun dan kembali melihat ke arah depan.

Masih ada Orang yang menyebrang disana, Seorang pria yang sedang serius mengetik pesan di ponselnya dan menyebrang dengan langkah yang begitu cepat.

Lampu kembali hijau, dan Aku mulai melaju kencang ke tempat tujuanku mengantar pizza ini.

Kuliah? Semua rencana itu musnah sekarang. Sekarang bagiku dan kakakku, Im Yoona. Kuliah tidak penting, yang terpenting kami bisa makan dan membayar uang sewa rumah itu saja.

- Song Yunhyeong POV -

Aku merebahkan tubuhku di kasur temanku. Kim Hanbin, Teman dari kecilku.

Hanbin sibuk dengan Gamenya. Sehabis pulang dari Kuliah Ia terus berkutat dengan Gamenya dan menghiraukan segala ocehanku sedari tadi.

" Kau tidak lapar? " tanyanya tiba-tiba dan menaruh ponselnya di kasur dekatku,

" Pesan Pizza aja, oke? " ucapnya lagi dan bangun dari kasur menuju meja belajarnya hendak mengambil buku catatan kecilnya.

" Kau yang pesan ya.. " Hanbin memberi nomor Toko Pizza di buku catatannya.

Aku mengangguk dan mulai menekan nomer yang tertara di buku catatan itu.

" Hallo.. Aku Pesan Pizza rasa keju.. atas nama Song Yunhyeong."

Tak lama setelah ku tutup panggilan, Ponselku berdering. Dari Kim Donghyuk teman satu kuliahku,

" Ya? " jawabku,

"Oh, baiklah. Aku akan ke Perpustakaan sekarang. "

Aku menutup panggilan,

" Ada apa? Kau akan pergi?" tanya Hanbin padaku,

"Iya. Donghyuk menyuruhku ke perpus sekarang untuk mencari bahan tugas yang akan di kumpulkan besok. " jawabku,

" Oh, Aku akan mengantarmu."
Ajak Hanbin,

" Tidak perlu Aku akan naik Bus." Tolakku,

" Siapa yang mau mengantarmu sampai ke perpus? Maksudku, Aku akan mengantarmu sampai gerbang. " Hanbin tertawa,

Aku menjitak kepalanya yang lebih kecil dariku, "kau ini..." Hanbin hanya terkekeh.

Sesampai di gerbang Aku berpamitan dengan Ibu Hanbin dan Juga Hanbin.

" Aku pulang dulu, Bi. Maaf merepotkanmu. "

" Kau ini, seperti sama orang lain saja. " Ibu hanbin tertawa, " Ibu kedalam dulu ya, Yoyo. "

Ucap Ibu Hanbin padaku dengan sapaan biasaku, Yoyo.

" Hei! Pizzanya? " tanya Hanbin,

Aku mengeluarkan Dompet dan memberi uang pada Hanbin,

" Anggap saja Aku sedang Ulang Tahun, dan menraktirmu. " Aku tertawa,

" Baiklah. Terimakasih. Aku juga mau pergi beli minuman di minimarket. "

Akhirnya Aku dan Hanbin berjalan bersama hingga akhirnya Aku berjalan sendiri setelah Hanbin memasuki minimarket.

Setiba di Halte. Aku menunggu Bus sambil mendengarkan musik lewat earphone, tapi Bus belum juga datang. Akhirnya Aku putuskan berjalan kaki menuju perpustakaan.

Dengan terburu-buru Aku melewati zebracross sambil membalas pesan dari Donghyuk yang menanyakaan keberadaanku.

***

- Im Nayeon POV -

Aku sampai di tempat tujuan. Aku masih memakai helm dan tidak berniat untuk membuka.

Ku lihat tempat tujuanku pertama Rumah sederhana berwarna putih. Aku menekan Bel yang tertempel di depan gerbang rumah ini.

Tidak ada tanda-tanda sang pemilik membukanya. Aku menekan lagi. Tiga kali dan sampai ke-lima kali pintu terbuka.

Seorang Ahjuma menghampiriku, hendak membuka gerbang. Aku tersenyum berusaha ramah, dan memberi Pizza yang sedari tadi ku pegang.

" Maaf, Kami tidak memesan Pizza." Ungkapnya, ku lihat dari wajahnya tampak bingung sambil sesekali melirik Box Pizza yang ku pegang.

" Tapi Alamatnya benar disini. Atas nama Song Yunhyeong. " Jawabku, sambil membaca alamat dan nama pemesan yang kutulis di Ponselku.

"Song Yunhyeong?"

"Iya, Song Yunhyeong. Tadi Ia memesan Pizza di Toko kami. Maaf, benarkan Alamatnya disini? "

Aku menunjukan Alamat yang ada di Ponselku. Ahjuma itu mengangguk-angguk dan mengambil Box Pizza yang ku pegang.

" Tunggu sebentar, Aku akan mengambil uang. "

Aku mengangguk sambil tersenyum dan Ahjuma itu masuk kerumah sambil membawa Box Pizza.

" Ini uangnya. Cukupkan? " tanya Ahjuma itu,

Aku menoleh kearahnya, "Iya Cukup." Sambil mengambil Uang yang Ia beri, "Terimakasih sudah memesan di Toko Kami. " Ucapku ramah.

Aku menunduk dan pergi dari rumah itu.

Aku menggas motor milik Toko Pizza ini, menuju tempat tujuan berikutnya.

***

- Normal POV -

" Maaf, Aku telat. " ucap Yunhyeong saat sudah sampai di perpus dan duduk di tengah-tengah kelompoknya,

" iya, tidak apa-apa. Mana mungkin Aku tega memarahi, Anak pemilik perusahaan besar di korea. " ucap Donghyuk tertawa,

" Kau terlalu berlebihan. " Jawab Yunhyeong " Bagaimana? Apa kita mulai sekarang? " tanyanya,

" Kita sedang menunggu Pizza, Kerja kelompok sambil makan pizza itu lebih menyenangkan bukan? " ucap salah satu teman sekelompok,

Yunhyeong kembali teringat, Ia juga akan memakan Pizza tadi bersama Hanbin.

Yunhyeong lalu mengangguk tanda setuju dan mulai membuka buku-buku yang sudah berada diatas meja.

" Itu Pizzanya sudah datang. Hei!!" Ucap donghyuk, seraya berteriak ke arah Pengantar Pizza, Nayeon.

Nayeon Menoleh ke sumber suara, Ia menuju kearah orang yang memanggilnya.

Semua kelompok menanti kedatangan Pizza itu, kecuali Yunhyeong, Ia sibuk menulis tugas yang akan di kumpulkannya besok.

" Terimakasih Pizzanya. " ucap Donghyuk, setelah Nayeon memberikan 2 Box Pizza kepadanya.

" Selamat menikmati Pizza Kami. " ucap Nayeon Ramah.

Donghyuk Menaruh Pizza itu diatas meja, Yunhyeong melirik Pizza itu namun kembali menulis lagi,

" Hei, Song Yunhyeong. Makan dulu pizzanya. Kau bersemangat sekali mengerjakan tugas hari ini. " ledek Donghyuk,

" Song Yunhyeong? " gumam Nayeon dalam hati, " Bukankah itu nama yang tadi memesan pizza pertama?"

Yunhyeong tersenyum dan melihat ke arah pengantar pizza itu, seorang perempuan.

Nayeon diam dan terus melihat Yunhyeong. Yunhyeong tersenyum ramah pada Nayeon.

Nayeon mengerjapkan mata dan mengalihkan pandangannya ke arah donghyuk dan mengambil uang yang diberi donghyuk padanya.

" Terimakasih. " ucap Nayeon seraya menunduk tanda pemirsi pergi.

Yunhyeong terus melihat kepergian Nayeon. Sedangkan Nayeon berjalan terus menuju pintu keluar.

" Aku baru liat pengantar Pizza perempuan. " ucap teman Yunhyeong membuyarkan padangannya ke arah Nayeon,

Yunhyeong tersenyum dan mengambil pizza itu dan mulai memakannya,

" Dia cantik juga. " ucap Donghyuk dan mulai menulis tugasnya sambil sesekali memakan Pizza.

Yunhyeong kembali memandang kearah Nayeon, tapi sudah tidak ada keberadaan Nayeon disana.

***

- Im Nayeon POV -

Matahari akan tenggelam sekarang. Aku memandang langit-langit orange seoul dari jendela Toko.

Belum ada pesanan lagi. Tapi Tugasku di Toko ini akan selesai sebentar lagi. Aku akan pergi ke tempat kerjaku berikutnya menjadi pelayan Cafe .

Aku melihat sekitar, Hanya ada 4 pekerja termasuk Aku di Toko Pizza King ini. 2 seorang perempuan dan 2 seorang laki-laki.

Tidak ada yang akrab denganku. Aku jarang mengobrol dengan mereka, atau bahkan tidak pernah. Ya, hanya mengobrol sebatas penting saja, selebih itu aku lebih banyak diam dan melamun.

Semuanya berbanding terbalik dengan diriku yang dulu. Aku yang mudah akrab dan ramah dengan siapapun, terkenal ceria oleh teman-temanku. Sekarang diriku yang dulu tidak akan terlihat lagi.

Ya! Semua terjadi karna peristiwa itu. Aku hanya menghela napas. Mencoba melupakan, melupakan masa lalu, dan berusaha membangun masa depan yang lebih baik.

Aku mengelus jam tangan pemberian Ibuku, airmata ku mulai turun. Aku buru-buru menghapusnya sebelum ada yang melihat. Aku harus mengubah semuanya. Walaupun Aku sendiri bingung harus memulai dari mana dan harus berbuat apa.

***

- Normal POV -

Nayeon berjalan sambil memegang tas selempangnya. Pikirannya melayang-layang, mengingat masalalunya yang menyakitkan dan pandangannya mulai kabur.

Ia berpegangan pada lampu jalanan yang kebetulan berada disamping kirinya. Tidak biasanya Ia seperti ini, Mungkin karna seharian dia belum makan, hanya sepotong roti tadi pagi saja yang ia makan hari ini.

Nayeon berjalan lagi, walaupun sempoyongan, tapi Ia memaksakan kakinya berjalan menuju tempat kerjanya.

Cafe tempat Ia berkerja sudah terlihat, kira-kira 10 langkah lagi sudah sampai. Matanya semakin kabur. Nayeon memberhentikan langkah kakinya, memegang kepalanya yang semakin pusing.

Nayeon mulai berjalan lagi, tubuhnya semakin lemas. Ia terus mencoba berjalan, memaksa berjalan walaupun Ia tak bisa bertahan lagi.

Pandangannya semakin kabur. Cafe sudah mulai dekat Ia terus memaksa berjalan. Kepalanya benar-benar pusing. Nayeon tidak bisa bertahan lagi. Tubuhnya lemas dan akhirnya Ia jatuh.

Nayeon melihat Orang yang menangkap Tubuhnya. Samar-samar, karna pandangannya kabur. Seorang Pria mengenakan Topi dan wajahnya tidak jelas. Pandangannya semakin kabur, dan semuanya tiba-tiba menjadi gelap.

***

- Im Nayeon POV -

" Kau sudah sadar, Nayeon-ah? "

Aku membuka mataku perlahan-lahan. Orang-orang yang ku kenali memandangiku dengan khawatir, Pegawai Cafe tempatku berkerja.

Aku bangun dari kursi panjang Cafe ini, merubah posisiku yang semula tiduran di kursi ini menjadi duduk diantara mereka berdua, Sana dan Yeri.

" Bagaimana keadaanmu? " Tanya Yeri padaku,

" Badanmu panas, Nayeon. " Tambah Sana,

Aku hanya diam sambil memegangkan kepalaku yang masih pusing. Kenapa mereka begitu mengkhawatirkanku? Padahal Aku sangat cuek kepada mereka setiap bekerja.

" Lumayan. Kepalaku masih pusing. " jawabku singkat,

" kalau kau sakit, kenapa masih datang. Kau kan bisa ijin. Kau menyimpan nomorku, kan?"  Yeri tersenyum padaku,

Aku jadi merasa bersalah sekarang. Selama ini sikapku selalu dingin kepada Yeri, padahal Yeri selalu ceria menyambutku setiap Aku datang.

" Maaf jadi merepotkan kalian. " ucapku sambil merunduk,

" Ah, tidak apa-apa. Kau istirahat dulu saja disini. Aku kebelakang sebentar, Pelanggan sudah lumayan banyak. " Sana tersenyum padaku,

Aku juga selalu dingin dengan Sana. Padahal saat tidak ada pelanggan Ia selalu mengajakku berbicara. Tapi Aku selalu menanggapinya dengan acuh tak acuh.

Karna kejadian masalalu membuatku enggan akrab lagi dengan orang, apalagi ingin memiliki teman, sama sekali tidak terpikirkan olehku.

" Terimakasih banyak Sana. Kau juga Yeri. "

Sana dan Yeri mengangguk seraya tersenyum. Sana pergi menuju pelanggan yang baru saja datang sedangkan Yeri, masih disampingku dengan wajah semangatnya.

" Kau juga harus berterimakasih kepada Pacarmu. Kenapa kau tidak bercerita kalau kau punya pacar? Kitakan teman. Dia keren juga. " Yeri sumringah,

Pacar? Apa maksudnya pacar? Aku datang kesini sendirian. Berterimakasih pada pacarku?

" Pacar? "

" Iya. Yang tadi menggendongmu saat pingsan. " jawab Yeri,

Aku makin bingung. Aku kembali mengingat-ingat kejadian tadi. Aku baru ingat, ada orang yang menangkapku saat ku jatuh.

" Orang yang memakai Topi? " tanyaku penasaran,

Yeri mengangguk masih tersenyum sumringah, " Dia menggedongmu sampai kesini. "

" Sekarang. Orang itu dimana? " tanyaku makin penasaran,

Yeri menunjuk ke arah dapur, "Dia sedang mengambil Air Putih dan makanan untukmu. Nah itu Dia.."

Mataku tertuju pada Pria itu. Iya! Dia orang yang tadi. Topi yang sama ku lihat sebelum Aku pingsan. Dia tersenyum padaku, dan Dia membuka Topinya.

Mataku membulat sempurna, jam seolah berhenti. Mungkinkah itu Dia?

" Kau? Kim Hanbin? "

-------  To Be Continue -------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar